Mengawal Perkembangan Sosial Remaja
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Mengawal Perkembangan Sosial Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 19 Safar 1445 H / 5 September 2023 M.
Kajian Tentang Mengawal Perkembangan Sosial Remaja
Pada usia ini, mereka sangat mudah terpengaruh oleh komunitas-komunitas remaja di lingkungan mereka berinteraksi (baik komunitas positif atau negatif), memiliki kecenderungan kuat untuk berkelompok dan suka bergabung dengan kelompok remaja yang sejenisnya (satu hobi, ketertarikan, ataupun kecondongan).
Pada masa sekarang ini, tentunya pergaulan bukan hanya di alam nyata, tapi juga pergaulan di alam maya. Dan ini yang sebenarnya sangat perlu dikawal oleh para orang tua. Yaitu, bagaimana perkembangan sosial anak di dalam pergaulannya di dunia maya yang tanpa batas.
Kita tahu dunia maya itu penuh dengan perkara yang menipu, tidak seperti yang terlihat. Dan banyak remaja-remaja yang menjadi korban kejahatan dunia maya. Hal ini akibat dari terjerumus ke dalam komunitas yang buruk.
Maka dari itu para orang tua harus mengetahui circle ataupun komunitas anak-anak mereka berkumpul di dunia maya.
Ini adalah tantangan orang tua zaman sekarang ini. Bahwa tidak mudah mengawal perkembangan sosial remaja hari ini. Kita lihat banyak orang tua yang mengeluh karena pengaruh-pengaruh yang didapat anak-anak mereka dari pergaulan di dunia maya. Misalnya tiba-tiba mereka memiliki satu sifat yang meledak-ledak, mungkin karena komunitas pergaulannya di dunia maya.
Hal ini merupakan salah satu perkara yang lumrah terjadi pada remaja. Seiring dengan bertambahnya usia, maka mereka pun cenderung untuk membuka hubungan dengan dunia luar. Terdapat perbedaan cara kanak-kanak berteman dengan remaja berteman. Pertemanan kanak-kanak, maka itu sekedar berteman agar ramai saja. Tapi remaja, mereka berteman lebih dari sekedar bisa bermain bersama komunitasnya, tapi lebih jauh dari itu bisa jadi itu adalah tempat curhat, menghabiskan waktu, bahkan bisa menjadi arah hidupnya. Berapa banyak anak-anak remaja yang teralihkan arah hidupnya karena pergaulan?
Peran Orang Tua Mengawal Perkembangan Sosial Remaja
Menit ke-14:53 Maka di sini peran orang tua yang dibutuhkan adalah:
Pertama, hendaknya orang tua mengajarkan kepada anak-anak remaja keterampilan bersosialisasi, public speaking misalnya. Ini kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang remaja, dan ini akan menjadi modal hidupnya juga ketika dia sudah menjadi orang dewasa. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Bahkan dalam bab agama, hal-hal pokok itu dikerjakan bersama-sama, misalnya shalat berjamaah. Dan masih banyak ibadah-ibadah yang dilakukan bersama-sama, tidak bisa sendiri.
Maka dari itu, kita katakan bahwa keterampilannya bersosialisasi itu harus diajarkan, diarahkan, ditempa, dan dibina. Inilah tugas para pendidik, terutama orang tua.
Hal ini tidak bisa tumbuh sendiri. Memang ada anak-anak yang punya kemampuan itu, public speaking-nya bagus, keterampilan bersosialisasinya juga lebih dari anak-anak yang lainnya. Tapi tidak semua anak punya kemampuan bersosialisasi yang sama. Ada yang cenderung tertutup, terlalu minder, atau mungkin itulah sifat yang ada padanya. Orang tua mesti mengarahkan dan mengajarkan bagaimana seharusnya bersosialisasi, karena kita hidup perlu orang lain dan orang lain perlu kita. Bagaimana kita bisa menciptakan hubungan yang harmonis di antara manusia, atau dalam bahasa syariatnya disebut hablum minannas.
Ada sebagian anak remaja bermasalah di dalam membangun hablum minannas sampai dewasa, bahkan sampai jadi orang tua. Ketika dia harus membangun suatu keluarga, di sana ada ibu mertua, bapak mertua, adik ipar, abang ipar, dan lain sebagainya. Jika kemampuan bersosialisasinya rendah, ini akan jadi masalah juga.
Kedua, memberikan kesempatan kepada anak remaja untuk memiliki tanggung jawab sosial. Karena empati, dan simpati itu perlu dibangun. Ada anak yang tidak punya empati, tidak bisa mengerti perasaan orang lain. Di dalam membangun hubungan hablum minannas, hal paling dasar yang harus kita miliki adalah punya empati (mengerti perasaan orang lain). Karena kalau tidak, kita akan sangat susah berhubungan dengan orang yang tidak bisa mengerti kita. Tidak mungkin di dalam pergaulan, orang yang terus harus mengerti dirinya, sementara dia tidak pernah mengerti orang lain. Ini tidak ada timbal balik, tidak akan bekerja, tidak akan berhasil hablum minannas dengan cara seperti itu.
Sebagian anak remaja hari ini punya masalah di dalam bab tersebut. Maka rasa empati, simpati, bisa mengerti orang lain, bisa memahami orang lain, bisa meletakkan sikap toleransi yang tepat, itu adalah bagian yang terpenting di dalam membangun hablum minannas. Kalau tidak, tidak ada orang yang bisa dekat dengannya.
Maka dikatakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
المؤمن يألف ويؤلف…
ِ
“Orang beriman itu bisa mengerti dan bisa dimengerti…” (HR Thabrani dan Daruquthni)
Artinya orang beriman itu bisa mengerti orang lain hingga dia bisa dekat dengan mereka, dan orang lain juga bisa dekat dengannya. Itu dasar yang paling pokok di dalam pergaulan. Sehingga akan terwujud sikap saling memahami, itu yang penting.
Anak-anak remaja hari ini, salah satu kendala mereka adalah susah untuk mengerti orang lain, dan orang lain juga susah mengerti tentang dirinya. Dan apabila itu terjadi, maka tidak ada hablum minannas yang bisa terwujud dengan baik.
Ketiga, jangan menolak teman-temannya, dan menuduh mereka dengan cara yang serampangan. Tapi kita harus memfilter, karena tidak mungkin juga kita carikan malaikat untuk teman anak kita. Semua manusia ada plus dan minus. Tapi kita harus menimbang maslahat dan mudharatnya. Di sana memang ada teman-teman yang harus dijauhkan darinya, karena pengaruhnya jelas keburukannya. Dan di sana ada yang dia ada baiknya, ada buruknya, tapi baiknya mungkin lebih dominan daripada buruknya.
Kalau kita ingin memilihkan teman untuk anak kita yang sempurna tanpa ada kurangnya, itu sesuatu yang tidak mungkin. Kalau begitu manusia tidak akan ada yang bergaul nanti.
Jadi, jangan serta-merta menolak teman-temannya atau melontarkan tuduhan secara serampangan terhadap teman-temannya. Tapi kita harus mengerti bagaimana mereka bergaul.
Keempat, jangan menuduh dan menyinggung secara pribadi. Anak remaja, seiring dengan perkembangan usianya juga, dia sudah mengerti yang namanya privasi. Kalau anak-anak bocah mungkin belum mengerti apa yang disebut privasi (hal-hal yang pribadi). Maka tidak boleh kita bongkar dan sebut walaupun empat mata, apalagi banyak mata. Kadang-kadang tidak etis juga menyebutnya secara vulgar, perlu kata-kata kiasan untuk menyinggung perkara-perkara yang sifatnya sangat privasi.
Kelima, ajarkan keahlian tertentu yang memberinya kesempatan atau tampil di depan masyarakat. Kepercayaan diri itu muncul ketika seseorang punya nilai lebih. Dan perasaan minder itu akan terus bertambah tebal jika dia merasa tidak punya apa-apa untuk tampil di depan orang banyak.
Maka perlu kita membekali anak dengan keterampilan duniawi. Para sahabat dulu juga memiliki keterampilan-keterampilan duniawi, hal itu tidak salah. Misalnya kecenderungan anak kepada olahraga yang positif, permesinan, atau IT misalnya. Sehingga dia bisa menjadi orang yang punya nilai plus di bidang tersebut. Ini akan meningkatkan kepercayaan dirinya di dalam bermuamalah dengan manusia.
Keenam, hormati keinginan anak remaja untuk bebas merdeka. Tetapi harus diawasi dan diarahkan secara langsung.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53296-mengawal-perkembangan-sosial-remaja/